May 1, 2010

Jejak Jejak Jatuhnya Meteor di Indonesia

Setiap tahun, bumi disiram sekitar 25 ribu ton debu ruang angkasa. Tahun ini ada 11 hujan meteor utama termasuk Lyrids. Ledakan meteor terbesar di Indonesia terjadi di Bone, Oktober 2009.

Meteor di Bone

Pada suatu hari kamis, warga Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, dikejutkan dengan adanya suara ledakan di mana sejumlah saksi mata sempat melihat benda memancarkan api dan asap di udara.

Ledakan meteor itu menyita perhatian ilmuwan dunia. Ledakan yang dipicu asteroid besar itu bahkan dilaporkan sampai terdeteksi oleh alarm infrasound milik Comprehensive Nuclear Test Ban Treaty Organization (CNTBTO) yang berjarak 10.000 km dari lokasi jatuhnya meteorit.

Bahkan, ledakan ini terdeteksi oleh alat sensor CNTBTO yang memang dikhususkan mendeteksi aktivitas atau ledakan nuklir di bumi. Ledakan ini sangat mengejutkan astronom dunia. Sebab, mereka tidak mendeteksi keberadaan asteroid ini sebelum menghunjam bumi.

Meteor ini menghantam bumi berdiameter 15 sampai 20 kilometer di atas bumi dan jatuh di perairan Teluk Bone, Sulawesi Selatan, diameternya 10 meter. Menurut NASA kekuatan ledakan meteor Bone tiga kali bom atom Hiroshima.

Sedangkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) IV Makassar sempat mengaku telah terjadi gempa kecil sebesar 1,9 skala Richter (SR) di permukaan di perbatasan Kabupaten Bone dan Wajo, di mana di wilayah tersebut terdapat Patahan Sa`dang.

Meteor adalah jalur jatuh meteoroid ke atmosfera bumi, lazim disebut sebagai tahi bintang. Jaluran tersebut disebabkan oleh kepanasan yang dihasilkan oleh tekanan, bukan oleh geseran, sebagaimana anggapan umum sebelum ini, ketika meteoroid memasuki atmosfera. Meteor yang sangat terang, lebih terang daripada penampakan Zuhrah, dapat disebut sebagai bolide.

Jika suatu meteoroid tidak habis terbakar dalam perjalanannya di atmosfera dan mencapai permukaan bumi, benda yang dihasilkan disebut meteorit. Meteor yang menghentam bumi atau objek lain dapat membentuk kawah.

Meteor di Gianyar

Dentuman meteor di Giayar Bali, 2008 lalu cukup keras. Namun, efeknya tidak separah ledakan meteor di Duren Sawit yang memporak-porandakan tiga rumah warga.

1 Januari 2008 Sebuah benda asing yang diduga meteor jatuh di areal persawahan di Desa Sukawati, Gianyar, Bali. Benda asing yang jatuh di areal persawahan Desa Sukawati, Gianyar, Bali ternyata tiga buah benda berbentuk batu kerikil dan berwarna coklat.

Sekitar pukul 00:30 WITA Ida Ayu Made Puspa, Wayan Rajin, Nyoman Warta dan penduduk lainnya di Banjar Gelumpang, Sukawati, Kabupaten Gianyar (Bali), mendengar dentuman keras yang menyertai kilatan sinar turun dari langit, yang selanjutnya menghilang di tengah persawahan. Keesokan harinya di tengah sawah milik Nyoman Miasa ditemukan kubangan sedalam 30 cm dengan diameter 110 cm yang terisi air dan tepiannya dibatasi tanggul alami.

Penyelidikan aparat kepolisian sektor Sukawati menemukan 3 serpihan mirip batu apung di sekitar kubangan. Analisis Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri Cabang Denpasar menunjukkan serpihan tersebut didominasi senyawa silikat. Benda ini membuat kubangan berdiameter satu meter dan kedalaman 30 sentimeter.

Namun, kondisi fisik di sekitar kubangan yang tidak menunjukkan adanya kerusakan atau bekas lemparan akibat benda keras yang ditunjukkan oleh tidak rusaknya tanaman padi di sekitar kubangan, maka Puslabfor menyimpulkan tidak ada faktor pendukung kubangan tersebut berkaitan dengan suara ledakan sebagaimana yang diinformasikan oleh masyarakat setempat. Kapolsek Sukawati AKP Ida Bagus Wedanajati mengatakan jatuhnya benda asing yang diduga meteor di area persawahan Desa Sukawati, Gianyar, Bali tidak menimbulkan radiasi dan korban jiwa.

Meteor di Aceh

Sebagian ahli yakin meteor jatuh ke bumi akan langsung padam dan tidak akan menimbulkan kebakaran. Namun, fenomena unik ledakan meteor di Kuta Alam, Aceh pada 2009 terjadi sebaliknya.

Tiga bangunan terdiri dari dua toko dan satu rumah warga Desa Lambaro Skep, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh, hangus terbakar, Kamis 15 April 2009 malam. Saksi mengatakan sumber api berasal dari benda aneh seperti bola api yang jatuh dari langit dan mengenai bangunan toko semipermanen tersebut.

Warga melihat bola api tersebut tampak berwarna merah kekuningan. Fenomena itu diyakini warga telah membuat tiga bangunan terdiri dari dua toko dan satu rumah warga Desa Lambaro Skep, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh hangus terbakar.

Tetapi, hal ini langsung saja di sangkal oleh Kepala Badan Meteorologi Klimotologi dan Geofisika (BMKG) Blang Bintang, Aceh Besar, Syamsuir, beliau menyatakan kejadian pada kamis malam di kawasan Lambaro Skep banda Aceh bukan lah akibat dari meteor, “Itu tidak mungkin,” begitu katanya.

Syamsuir pun menyatakan bahwa jika meteor jatuh ke bumi akan langsung padam dan tidak akan menimbulkan kebakaran seperti yang di isukan warga Aceh, berbeda jika kasusnya itu adalah Petir yang memiliki unsur listrik di dalam nya mungkin saja akan menjadi kan kebakaran jika menyambar bangunan.

“Meteor itu jarang jatuh didaratan. Dia biasa jatuh ke lautan,” tukas syamsuir.

Selain contoh tersebut, ada beberapa daerah lain yang tertimpa kejatuhan meteor. Pada 19 Desember 2004

Warga Desa Jinjing, Kecamatan Tigaraksa, Tangerang dikagetkan suara ledakan keras di langit. Suara itu terdengar juga di Jakarta dan Bekasi. Oleh para ahli, pada waktu itu ledakan yang terjadi pukul 7.30 WIB merupakan pecahan meteor yang kebetulan berpapasan dengan bumi.

Berikut ini adalah meteor yang jatuh di Indonesia dalam kurun waktu sekitar satu abad:

27 November 1908, ditemukan di Pulau Kangean, Sumenep Jawa Timur, seberat 1.63 kg

2 Juni 1915, meteorit dengan nama Meester-Cornelis ditemukan di Klenderm Jakarta seberat 24.75 kg

30 Agustus 1919, ditemukan di Rembang Jawa Tengah, seberat 10 kg

24 Mei 1933, ditemukan di Banten seberat 629 gram

27 November 1908, ditemukan di Pulau Kangean, Sumenep Jawa Timur, seberat 1.63 kg

2 Juni 1915, meteorit dengan nama Meester-Cornelis ditemukan di Klenderm Jakarta seberat 24.75 kg

30 Agustus 1919, ditemukan di Rembang Jawa Tengah, seberat 10 kg

24 Mei 1933, ditemukan di Banten seberat 629 gram

20 Juni 1935, ditemukan di Madiun, Jawa Timur, seberat 400 gram

26 September 1939, ditemukan di Selakopi, Jawa Barat, seberat 1,6 kg

1940, ditemukan di daerah kediri, Jawa Timur

14 Februari 1975, ditemukan di Tambakwatu, Jawa Timur seberat 10,5 kg

7 Mei 1979, ditemukan di Cilimus, Jawa Barat, seberat 1,6 kg

13 Maret 1984, ditemukan di Jumapalo, Jawa Timur, seberat 32,49 kg

April 2003, ditemukan jatuh di Purun, Kecamatan Siantan, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat, 20 kg.


Berdasarkan data statistik menyangkut populasi asteroid yang beredar di dekat bumi, asteroid-asteroid cukup besar seperti yang jatuh di Bone biasa menghantam bumi dalam kisaran 2-12 tahun sekali.

Peneliti utama astronomi dan astrofisika di National Aeronautics dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin, puncak hujan meteor akan terjadi pada tanggal 21-22 April. Pada saat itu, sekitar 10-20 meteor diperkirakan akan muncul setiap jamnya.

sumber: inilah.com


0 tanggapan:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan komentar anda disini