Pengumuman hasil ujian nasional (UN) di beberapa daerah sangat mengejutkan kita. Ironisnya ada sekolah yang 99 persen bahkan 100 persen siswanya dinyatakan tidak lulus. Meski tingkat kelulusan cenderung meningkat, tapi kecurangan-kecurang pada pelaksanaan UN menegasikan validitas data kelulusan.
“Fenomena kecurangan dan hasil UN yang amburadul dan mengecewakan tersebut merupakan gambaran kebobrokan sistem pendidikan kita” kata Syamsir Pohan, Ketua Umum Badko HMI Sumut.
Terkait komisi E DPRD Sumut meminta panitia UN provinsi Sumatera Utara untuk memeriksa ulang lembar jawaban untuk kabupaten Labuhan Batu menyusul penolakan hasil UN dari Dinas Pendidikan Kabupaten Labuhanbatu, itu merupakan affirmative action, tindakan penyelamatan positif.
Tapi, akar permasalahan kita bukan itu. Sejatinya, komisi E DPRD Sumut harus mengevaluasi total manajemen mutu pendidikan kita, khususnya di Sumatera Utara. Lebih jauh lagi, persoalan ini harus dibahas secara serius dan dibawa ke Musrembangnas oleh Dinas Pendidikan Sumut, tambah Syamsir.
Belakangan kita dengar melalui media bahwa kasus bunuh diri Juliana di Plaza Medan Fair juga akibat stress karena takut tidak naik kelas. Ini juga menjadi persoalan. Ada kecenderungan bahwa kenaikan kelas, kelulusan UN dan prestasi dengan tolok ukur angka-angka di rapor menjadi “momok” bagi siswa.
Menurut saya, selain berorientasi pada peningkatan intelejensia dan pengetahuan, pendidikan kita harus diarahkan pada pembangunan mental dan kerohanian. Agar siswa dapat menghayati dan menikmati pendidikan, khususnya pendidikan formal, sebagai sebuah kawah candra di muka, tempat menempa diri.
sumber: Vivanews
“Fenomena kecurangan dan hasil UN yang amburadul dan mengecewakan tersebut merupakan gambaran kebobrokan sistem pendidikan kita” kata Syamsir Pohan, Ketua Umum Badko HMI Sumut.
Terkait komisi E DPRD Sumut meminta panitia UN provinsi Sumatera Utara untuk memeriksa ulang lembar jawaban untuk kabupaten Labuhan Batu menyusul penolakan hasil UN dari Dinas Pendidikan Kabupaten Labuhanbatu, itu merupakan affirmative action, tindakan penyelamatan positif.
Tapi, akar permasalahan kita bukan itu. Sejatinya, komisi E DPRD Sumut harus mengevaluasi total manajemen mutu pendidikan kita, khususnya di Sumatera Utara. Lebih jauh lagi, persoalan ini harus dibahas secara serius dan dibawa ke Musrembangnas oleh Dinas Pendidikan Sumut, tambah Syamsir.
Belakangan kita dengar melalui media bahwa kasus bunuh diri Juliana di Plaza Medan Fair juga akibat stress karena takut tidak naik kelas. Ini juga menjadi persoalan. Ada kecenderungan bahwa kenaikan kelas, kelulusan UN dan prestasi dengan tolok ukur angka-angka di rapor menjadi “momok” bagi siswa.
Menurut saya, selain berorientasi pada peningkatan intelejensia dan pengetahuan, pendidikan kita harus diarahkan pada pembangunan mental dan kerohanian. Agar siswa dapat menghayati dan menikmati pendidikan, khususnya pendidikan formal, sebagai sebuah kawah candra di muka, tempat menempa diri.
sumber: Vivanews
0 tanggapan:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan komentar anda disini