Indonesia, Bangladesh dan Iran adalah negara yang paling rentan terhadap bencana alam sehingga berada di urutan atas ranking bencana dunia, menurut studi yang dirilis pada Kamis (27/5).
Raksasa kembar Asia, China dan India bergabung bersama Indonesia, Bangladesh dan Iran dalam daftar 15 negara dari 229 yang dinilai masuk kategori berisiko ekstrem.
Indeks Risiko Bencana Alam dibuat oleh firma penasihat risiko Inggris, Maplecroft, sebagai basis data bencana yang terjadi dari 1980 hingga 2010.
Di dalam data tersebut tersimpan berbagai indikator, termasuk jumlah dan frekuensi kejadian, total kematian yang disebabkan oleh bencana dan angka kematian tersebut dibandingkan dengan populasi negara.
Bencana yang dimaksud terdiri dari gempa bumi, letusan gunung berapi, tsunami, badai, banjir, kekeringan, tanah longsor, gelombang panas dan penyakit epidemik.
“Kemiskinan merupakan faktor penting di negara-negara di mana baik frekuensi maupun dampak bencana alam sangat kejam,” ujar analis lingkungan Maplecroft, Anna Moss.
“Minimnya infrastruktur ditambah kepadatan berlebihan dalam suatau area dengan risiko tinggi seperti dataran rawan banjir, muara sungai, lereng terjal dan tanah reklamasi menjadi penyebab tertinggi terjadinya bencana,” terang Moss.
Menurut kalkulasi Indeks Resiko Bencana Alam, Bangladesh telah kehilangan 191 ribu nyawa sebagai hasil bencana alam selama 30 tahun terakhir dan Indonesia hampir memiliki jumlah yang sama, mayoritas korban jatuh ketika Indonesia dihantan tsunami pada bulan Desember 2004.
Sementara faktor kerentanan paling besar Iran adalah gempa bumi, di mana diklaim hampir 74 ribu nyawa melayang selama terjadi peristiwa tersebut.
India masuk ranking ke-11dengan total 141 ribu telah terenggut termasuk 50 ribu akibat gempa bumi, 40 ribu karena banjir, 15 ribu epidemik dan 23 ribu badai. Sedangkan China berada di posisi ke-12, dengan 148 ribu nyawa, di mana 87 ribu diantaranya hilang ketika gempa Sichuan 2008 berlangsung.
Negara-negara yang berada dalam kelompok G8 dipertimbangkan sebagai ‘berisiko tinggi’, turun kategori dari ‘ekstrem’.
Prancis di posisi 17 dan Italia 18, masuk dalam daftar akibat kematian massal akibat gelombang panas di tahun 2003 dan 2006, serta Amerika Serikat yang dikejutkan badai topan Katrina pada 2005.
Negara-negara yang memiliki risiko paling kecil di antaranya Andorra, Bahrain, Gibraltar, Liechtenstein, Malta, Monako, Qatar, San Mario dan Uni Emirat Arab.
Sebagian besar ahli menunjukkan peringatan tentang dampak perubahan iklim. Gangguan pola cuaca diprediksi mendorong episode bencana dengan frekuensi dan skala lebih besar menyangkut kekeringan dan banjir.
“Penelitian kami menekankan kebutuhan negara paling sejahter untuk fokus kepada upaya pencegahan dan penanganan agar resiko bencana bisa dikurangi,” ujar Moss dilansir dari Yahoonews.
(inilah.com)
Raksasa kembar Asia, China dan India bergabung bersama Indonesia, Bangladesh dan Iran dalam daftar 15 negara dari 229 yang dinilai masuk kategori berisiko ekstrem.
Indeks Risiko Bencana Alam dibuat oleh firma penasihat risiko Inggris, Maplecroft, sebagai basis data bencana yang terjadi dari 1980 hingga 2010.
Di dalam data tersebut tersimpan berbagai indikator, termasuk jumlah dan frekuensi kejadian, total kematian yang disebabkan oleh bencana dan angka kematian tersebut dibandingkan dengan populasi negara.
Bencana yang dimaksud terdiri dari gempa bumi, letusan gunung berapi, tsunami, badai, banjir, kekeringan, tanah longsor, gelombang panas dan penyakit epidemik.
“Kemiskinan merupakan faktor penting di negara-negara di mana baik frekuensi maupun dampak bencana alam sangat kejam,” ujar analis lingkungan Maplecroft, Anna Moss.
“Minimnya infrastruktur ditambah kepadatan berlebihan dalam suatau area dengan risiko tinggi seperti dataran rawan banjir, muara sungai, lereng terjal dan tanah reklamasi menjadi penyebab tertinggi terjadinya bencana,” terang Moss.
Menurut kalkulasi Indeks Resiko Bencana Alam, Bangladesh telah kehilangan 191 ribu nyawa sebagai hasil bencana alam selama 30 tahun terakhir dan Indonesia hampir memiliki jumlah yang sama, mayoritas korban jatuh ketika Indonesia dihantan tsunami pada bulan Desember 2004.
Sementara faktor kerentanan paling besar Iran adalah gempa bumi, di mana diklaim hampir 74 ribu nyawa melayang selama terjadi peristiwa tersebut.
India masuk ranking ke-11dengan total 141 ribu telah terenggut termasuk 50 ribu akibat gempa bumi, 40 ribu karena banjir, 15 ribu epidemik dan 23 ribu badai. Sedangkan China berada di posisi ke-12, dengan 148 ribu nyawa, di mana 87 ribu diantaranya hilang ketika gempa Sichuan 2008 berlangsung.
Negara-negara yang berada dalam kelompok G8 dipertimbangkan sebagai ‘berisiko tinggi’, turun kategori dari ‘ekstrem’.
Prancis di posisi 17 dan Italia 18, masuk dalam daftar akibat kematian massal akibat gelombang panas di tahun 2003 dan 2006, serta Amerika Serikat yang dikejutkan badai topan Katrina pada 2005.
Negara-negara yang memiliki risiko paling kecil di antaranya Andorra, Bahrain, Gibraltar, Liechtenstein, Malta, Monako, Qatar, San Mario dan Uni Emirat Arab.
Sebagian besar ahli menunjukkan peringatan tentang dampak perubahan iklim. Gangguan pola cuaca diprediksi mendorong episode bencana dengan frekuensi dan skala lebih besar menyangkut kekeringan dan banjir.
“Penelitian kami menekankan kebutuhan negara paling sejahter untuk fokus kepada upaya pencegahan dan penanganan agar resiko bencana bisa dikurangi,” ujar Moss dilansir dari Yahoonews.
(inilah.com)
0 tanggapan:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan komentar anda disini