China berencana mengugat Jepang sebesar US$500 ribu atau sekitar Rp4,4 miliar. Uang ini sebagai kompensansi atas kematian seekor panda yang dipinjamkan China ke sebuah kebun binatang di Jepang.
Tak sekedar nilai gugatan, kasus ini dikhawatirkan semakin memperkeruh hubungan diplomasi kedua negara, yang tengah memanas .
Pemerintah China sampai mengirimkan tim pakar ke Jepang untuk menginvestigasi kematian panda bernama Xing Xing itu. Melalui otoritas yang menangani satwa langka, China telah meminta agar jasad Xing Xing diamankan sampai tim tiba di kebun binatang.
Para pakar mengklaim bahwa kematian panda akibat obat penenang yang terlalu banyak diberikan pengelola kebun binatang. Sebagai informasi, panda jantan berusia 14 tahun ini sempat menderita serangan jantung.
Xing Xing disewakan ke Kebun Binatang Oji yang terletak di sebuah kota pelabuhan di wilayah barat Kobe sejak 2002. Dengan nilai sewa US$ 1juta, kontrak Xing Xing baru saja diperpanjang hingga lima tahun ke depan. Pengelola kebun binatang sempat mencoba mengembangbiakkan Xing Xing dengan pasangannya, Tan Tan, namun gagal.
Kabar kematian panda ini datang di saat yang tidak menguntungkan. Terjadi saat hubungan China dan Jepang tengah memanas, setelah pada pekan lalu, penjaga pantai Jepang menangkap kapten kapal pukat asal China. Insiden ini jelas menaikkan suhu diplomatik kedua negara.
Situasi semakin tak kondusif melihat komentar sejumlah warga China di dunia maya yang terkesan memperkeruh suasana. Seperti: "Panda (Xing Xing) mati hanya sehari setelah kapten kapan China ditangkap. Bukankah begitu?"
Ada juga komentar lain yang menulis: "Sebelumnya, panda itu baik-baik saja selama 10 tahun di Jepang. Apakah kematian panda ini hanya kebetulan saja? Lebih jauh, panda mati karena operasi ekstraksi sperma. Ini kan cara Jepang menghina China?"
Saat ini, hanya ada 1.600 panda yang hidup di lingkungan liar. Hampir 300 lainnya ada di program pengembangbiakan di seluruh dunia, terutama di China.
Padahal di masa-masa pendekatan, China kerap menggunakan panda untuk memperbaiki hubungannya dengan Jepang.(vivanews.com)
Tak sekedar nilai gugatan, kasus ini dikhawatirkan semakin memperkeruh hubungan diplomasi kedua negara, yang tengah memanas .
Pemerintah China sampai mengirimkan tim pakar ke Jepang untuk menginvestigasi kematian panda bernama Xing Xing itu. Melalui otoritas yang menangani satwa langka, China telah meminta agar jasad Xing Xing diamankan sampai tim tiba di kebun binatang.
Para pakar mengklaim bahwa kematian panda akibat obat penenang yang terlalu banyak diberikan pengelola kebun binatang. Sebagai informasi, panda jantan berusia 14 tahun ini sempat menderita serangan jantung.
Xing Xing disewakan ke Kebun Binatang Oji yang terletak di sebuah kota pelabuhan di wilayah barat Kobe sejak 2002. Dengan nilai sewa US$ 1juta, kontrak Xing Xing baru saja diperpanjang hingga lima tahun ke depan. Pengelola kebun binatang sempat mencoba mengembangbiakkan Xing Xing dengan pasangannya, Tan Tan, namun gagal.
Kabar kematian panda ini datang di saat yang tidak menguntungkan. Terjadi saat hubungan China dan Jepang tengah memanas, setelah pada pekan lalu, penjaga pantai Jepang menangkap kapten kapal pukat asal China. Insiden ini jelas menaikkan suhu diplomatik kedua negara.
Situasi semakin tak kondusif melihat komentar sejumlah warga China di dunia maya yang terkesan memperkeruh suasana. Seperti: "Panda (Xing Xing) mati hanya sehari setelah kapten kapan China ditangkap. Bukankah begitu?"
Ada juga komentar lain yang menulis: "Sebelumnya, panda itu baik-baik saja selama 10 tahun di Jepang. Apakah kematian panda ini hanya kebetulan saja? Lebih jauh, panda mati karena operasi ekstraksi sperma. Ini kan cara Jepang menghina China?"
Saat ini, hanya ada 1.600 panda yang hidup di lingkungan liar. Hampir 300 lainnya ada di program pengembangbiakan di seluruh dunia, terutama di China.
Padahal di masa-masa pendekatan, China kerap menggunakan panda untuk memperbaiki hubungannya dengan Jepang.(vivanews.com)
0 tanggapan:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan komentar anda disini