Kaum nudis atau naturists di Jerman nampaknya masih harus menunggu sekitar satu tahun lagi untuk bisa menikmati lintasan hiking khusus yang mengakomodasi kegemaran mereka berkeliaran tanpa busana. Lintasan berkelok-kelok dan naik turun di Pegunungan Harz itu dijanjikan buka Mei tahun depan.
Trek sepanjang 18 kilometer itu membentang dari Desa Dankerode hingga Bendungan Wippertal di Pegunungan Harz, tak jauh dari Leipzig. Kawasan ini cukup populer sebagai tujuan wisata hiking di Jerman Tengah.
Heinz Ludwig, pengelola perkemahan setempat yang memimpin proyek tersebut, mengatakan pembangunan trek hiking khusus wisatawan tanpa busana itu masih berlanjut. Di tengah serangan protes warga sekitar, ia yakin keberadaan trek itu akan meningkatkan potensi pariwisata setempat.
Salah satu yang tegas memperlihatkan ketidaknyamanannya atas keberadaan lintasan itu adalah pemerintah kota Appenzeel, Swiss, yang berada di sekitar perbatasan. Sebuah aturan telah dikeluarkan awal tahun ini. Isinya, melarang pejalan kaki tanpa busana memasuki kota tersebut. Yang tertangkap akan mendapat denda £120 atau sekitar Rp1,6 juta.
"Saya rasa ini sebuah strategi promosi pariwisata yang sangat bagus untuk kawasan ini," kata Ludwig usai koran Bild memublikasikan foto dua wanita tanpa busana tengah menikmati lintasan itu. "Akan banyak hal menarik di lintasan itu."
Meski belum resmi dibuka, lintasan itu sudah cukup ramai didatangi para nudis yang tak sabar menikmati sensasinya. Mereka umumnya adalah yang aktif mengikuti perkembangan pembangunan lintasan ini di forum-forum di dunia maya.
Di sepanjang trek dipasangi peringatan khusus bahwa pengunjung kemungkinan akan berpapasan dengan pejalan kaki tanpa busana. "Jika tak ingin melihat orang-orang yang tak mengenakan busana, jangan lanjutkan perjalanan Anda," demikian salah satu peringatan yang terpampang.
Terlepas protes yang terus menyerang, trek hiking itu menuai sejumlah pujian karena telah memberi ruang bagi kaum nudis untuk mengekspresikan diri lebih bebas tanpa mengganggu orang di sekitarnya. Sebab, hanya mereka yang gemar berkeliaran tanpa busana yang akan masuk.
Jeanette Schuchmann, Direktur Deputi Kantor Pariwisata Nasional Jerman untuk Inggris dan Irlandia mengatakan, "Berjalan kaki tanpa busana adalah bagian dari ekspresi masyarakat liberal atau yang memiliki pikiran bebas di banyak negara." (umi)
• VIVAnews
Trek sepanjang 18 kilometer itu membentang dari Desa Dankerode hingga Bendungan Wippertal di Pegunungan Harz, tak jauh dari Leipzig. Kawasan ini cukup populer sebagai tujuan wisata hiking di Jerman Tengah.
Heinz Ludwig, pengelola perkemahan setempat yang memimpin proyek tersebut, mengatakan pembangunan trek hiking khusus wisatawan tanpa busana itu masih berlanjut. Di tengah serangan protes warga sekitar, ia yakin keberadaan trek itu akan meningkatkan potensi pariwisata setempat.
Salah satu yang tegas memperlihatkan ketidaknyamanannya atas keberadaan lintasan itu adalah pemerintah kota Appenzeel, Swiss, yang berada di sekitar perbatasan. Sebuah aturan telah dikeluarkan awal tahun ini. Isinya, melarang pejalan kaki tanpa busana memasuki kota tersebut. Yang tertangkap akan mendapat denda £120 atau sekitar Rp1,6 juta.
"Saya rasa ini sebuah strategi promosi pariwisata yang sangat bagus untuk kawasan ini," kata Ludwig usai koran Bild memublikasikan foto dua wanita tanpa busana tengah menikmati lintasan itu. "Akan banyak hal menarik di lintasan itu."
Meski belum resmi dibuka, lintasan itu sudah cukup ramai didatangi para nudis yang tak sabar menikmati sensasinya. Mereka umumnya adalah yang aktif mengikuti perkembangan pembangunan lintasan ini di forum-forum di dunia maya.
Di sepanjang trek dipasangi peringatan khusus bahwa pengunjung kemungkinan akan berpapasan dengan pejalan kaki tanpa busana. "Jika tak ingin melihat orang-orang yang tak mengenakan busana, jangan lanjutkan perjalanan Anda," demikian salah satu peringatan yang terpampang.
Terlepas protes yang terus menyerang, trek hiking itu menuai sejumlah pujian karena telah memberi ruang bagi kaum nudis untuk mengekspresikan diri lebih bebas tanpa mengganggu orang di sekitarnya. Sebab, hanya mereka yang gemar berkeliaran tanpa busana yang akan masuk.
Jeanette Schuchmann, Direktur Deputi Kantor Pariwisata Nasional Jerman untuk Inggris dan Irlandia mengatakan, "Berjalan kaki tanpa busana adalah bagian dari ekspresi masyarakat liberal atau yang memiliki pikiran bebas di banyak negara." (umi)
• VIVAnews
0 tanggapan:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan komentar anda disini